STRATEGI PRESERVASI DAN KONSERVASI ARSIP
PASCA BENCANA
Abstrak
Tujuan penulisan ini adalah menjelaskan mengenai program preservasi arsip konvensional yang membahas mengenai cara melakukan kegiatan pencegahan dalam program preventif arsip dan perbaikan arsip dalam program restorasi arsip. Kedua cara tersebut bertujuan untuk melestarikan arsip yang terdampak bencana. Penelitian ini menjabarkan tentang arsip yang sering terdampak bencana yang terjadi di Indonesia. Metode preservasi arsip dijelaskan dengan metode preventif dan kuratif. Arsip konvensional atau arsip tekstual menjadi poin utama pada pembahasan ini. Metode kuratif dengan fokus pada restorasi arsip dijelaskan secara detail. Restorasi arsip yang fokus pada proses memperbaiki arsip akibat bencana dijelaskan dengan teknik leafcasting, laminasi, dan enkapsulasi serta penggunaan mesin vacuum freeze dry chamber dan freezer untuk penanganan arsip pasca bencana banjir. Aspek manajemen sumber daya manusia dan sarana prasarana dalam program preservasi arsip ini juga dibahasa dalam penelitian ini.
Kata kunci: preservasi arsip, restorasi arsip, strategi arsip terdampak bencana.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Arsip merupakan pusat kegiatan dan alat pengawasan yang diperlukan dalam rangka melaksanakan seluruh kegiatan di sebuah instansi/ lembaga. Tanpa adanya arsip. Tidak mungkin seseorang dapat mengingat segala dokumen dan catatan yang begitu kompleks, terutama dalam pengelola administrasi lembaga.
Banyak orang yang apabila mendengar ucapan “Arsip” maka akan timbul pernyataan dengan citra yang sedikit buruk tentang tumpukan kertas-kertas yang using dan kumal, ruangan penuh dengan debu dan kotor, banyak kertas yang berserakan dan masih banyak lagi. Hal tersebut tidak hanya merugikan kedudukan petugas arsip tetapi juga mengakibatkan citra terhadap pelaksanaan, pengelolaan arsip seolah-olah menadi kurang baik dan tidak berguna.
Penataan arsip ditata menurut prosedur kearsipan yang sesuai dengan ruang lingkup perusahaan atau menurut kebijakan lembaga itu sendiri. Prosedur kearsipan terdiri atas prosedur permulaan dan prosedur penyimpanan. Dan setiap lembaga memandang arsip secara berbeda, sebagian besar memandang arsip sebagai sebuah hasil samping dari suatu kegiatan administrasi. Hal tersebut kemudian menjadikan arsip cenderung dipandang sebagai sesuatu yang tidak terlalu penting dan harus dimusnahkan tetapi banyak pula yang menyadari akan pentingnya fungsi arsip, sehingga arsip perlu dikelola, disimpan dan dirawat dengan benar dan baik.
Kearsipan menurut UU nomor 43 tahun 2009 adalah hal-hal yang berkenaan dengan arsip. Arsip menjadi salah satu bagian penting ketika digunakan pada masa yang akan datang. Arsip menjadi bukti nyata dalam menghadapi suatu masalah pada lembaga, sehingga pengelolaan arsip yang sesuai kaidah kearsipan dapat meminimalkan kehilangan informasi penting pada lembaga tersebut. Preservasi arsip adalah bagian dari pengolahan arsip statis. Pengelolaan arsip statis adalah proses pengendalian arsip secara efisien, efektif, dan sistematis, meliputi akuisisi, pengolahan, preservasi, pemanfaatan, pendayagunaan dan pelayanan publik dalam suatu sistem kearsipan nasional. Preservasi pada pasal 63 Undang-ndang No. 43 Tahun 2009 dilakukan untuk menjamin keselamatan dan kelestarian arsip statis. Preservasi arsip statis juga dilakukan secara preventif dan kuratif. Berdasarkan pengertian mengenai preservasi ini dapat dibagi menjadi dua bagian utama yaitu preservasi dengan tindakan preventif dan kuratif. Preventif berarti tindakan untuk pencegahan pada akibat dari aspek eksternal dan internal yang menyebabkan arsip statis tersebut rusak, sedangkan kuratif adalah tindakan untuk perawatan arsip statis dengan memperhatikan keutuhan informasi yang dikandung dalam arsip statis tersebut. Masalah yang terjadi saat ini adalah kedua tindakan tersebut belum menjadi satu kesatuan yang dapat memperkuat keutuhan sebuah informasi yang melekat pada media arsip, sehingga masih dapat dibaca dan diambil informasi untuk kepentingan pengguna. Jika dikaitkan dengan arsip yang terdampak bencana maka preservasi yang dilakukan adalah preservasi kuratif dengan metode-metode pekerjaan dalam perbaikan arsip dengan cara-cara tertentu sehingga isi informasi dapat terselamatkan dan dapat digunakan lebih lanjut untuk kepentingan lembaga.
Arsip yang terkena dampak bencana berakibat kepada rusaknya fisik arsip. Fisik arsip yang rusak menghasilkan ketidak terbacaan isi informasi arsip sehingga sulit untuk dikenali. Oleh karena itu, arsip yang terkena dampak bencana perlu dilakukan perbaikan arsip. Program preservasi yang bersifat preventif adalah berurusan dengan tindakan pencegahan pada media dan sifat arsip.
Kegiatan ini ditujukan untuk melakukan pencegahan sebelum terjadinya bencana alam yang berdampak pada kerusakan arsip baik itu fisik dan informasinya. Arsip yang terkena dampak bencana dapat dilihat dalam tragedi Bencana Tsunami Aceh yang memporak porandakan kota Aceh. Bencana tersebut mengakibatkan banyak yang kehilangan arsip, arsip basah maupun yang tertimbun longsoran tanah sehingga pasca bencana perlu dilakukan restorasi arsip. Kegiatan preventif yang dapat dilakukan adalah kesiap siagaan terhadap bencana, baik itu berurusan dengan arsip, gedung bangunan tempat penyimpanan arsip, sistem kearsipan yang ada dan sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya. Selanjutnya tindakan kuratif yang dilakukan adalah dengan perbaikan skema restorasi arsip yang terkena dampak bencana.
Bencana yang terjadi di Indonesia bukan hanya bencana banjir saja yang mengakibatkan arsip basah, namun juga ada bencana lainnya yang seketika itu membuat arsip hilang fisik dan informasinya, seperti bencana kebakaran, bencana gempa bumi yang merontokkan bangunan, bencana gunung api berupa lava, dan awan panas serta bencana lainnya yang menimbulkan dampak terhadap kerusakan arsip pada area yang dilalui aliran bencana tersebut. Arsip terkena dampak bencana dan rusak perlu dilakukan penanganan lebih lanjut dengan cara perbaikan arsip menggunakan preservasi kuratif. Adapun preservasi kuratif adalah dengan cara restorasi arsip.
Kegiatan restorasi merupakan kegiatan penting untuk menyelamatkan dan melestarikan bahan bukti otentik yang mempunyai nilai guna untuk kegiatan kepentingan nasional. Kegiatan restorasi ini berupa restorasi arsip konvensional dan restorasi arsip media baru. Dalam buku Manajemen Arsip Statis yang dimaksud dengan restorasi arsip adalah tindakan dan prosedur yang dilalui dalam proses merehabilitasi atau memperkuat kondisi fisik/dokumen yang mengalami kerusakan (deteriorate) atau mengalami penurunan kualitas secara fisik. Restorasi arsip ditujukan untuk pemeliharaan dan perbaikan dari arsip yang mengalami kerusakan akibat dari faktor internal dan eksternal dalam lembaga kearsipan dan arsip itu sendiri.
Faktor sumber daya manusia menjadi masalah utama pada saat terjadinya bencana. Apabila bencana tersebut belum terjadi maka perlu dilakukan survei pada kegiatan perencanaan arsip di daerah rawan bencana. Sistem peringatan dini juga menjadi masalah utama ketika terjadi bencana. Perlu diperhatikan mengenai kemampuan sistem kearsipan yang ada pada gedung arsip di daerah rawan bencana untuk memperingatkan lingkungan sekitar. Apakah sudah efektif manajemen perencanaan bencana ini? Selanjutnya setelah terjadi bencana harus ada program penanggulangan bencana. Bagaimana lembaga kearsipan melakukan program perbaikan arsip yang terkena dampak bencana dengan kegiatan preservasi arsip ini?
Berdasarkan uraian tersebut preservasi arsip sebagai salah satu upaya untuk mencegah, memperbaiki dan melestarikan arsip yang terkena dampak bencana adalah dengan cara preventif dan kuratif. Kuratif ditekankan dari segi perbaikan arsip yang terkena dampak bencana.
Landasan Teori
Preservasi arsip dan restorasi arsip
Preservasi yang menjadi bagian dari kegiatan manajemen arsip statis ini mempunyai definisi yang besar, terlebih lagi jika dibandingkan dengan konservasi sebagai suatu induk dari program preservasi ini. Banyak ahli yang mendefinisikan dan membahas mengenai preservasi ini dengan penjelasan lebih cenderung mengarah pada konservasi dalam konteks penyelamatan arsip. Penyelamatan arsip dalam kaidah arsip yang terdampak bencana menjadi pokok bahasan utama ini. Preservasi menjadi induk program jika dilihat pada keilmuan kearsipan di Indonesia. Adapun definisi dan penjelasan mengenai preservasi dan konservasi sebagai hubungan yang erat menurut beberapa ahli menggambarkan sebagai suatu cara yang berkesinambungan untuk menyelamatkan arsip dalam bencana, baik itu prabencana hingga pascabencana berupa program restorasi arsip.
Menurut Paul konteks praktik preservasi arsip adalah mengenai pelestarian bahan sejarah dalam berbagai bentuk dan format merupakan kebutuhan budaya dan tanggung jawab utama seorang arsiparis yang profesional. Kegiatan preservasi ini perlu pendefinisian tersendiri dalam arti preservasi arsip yang terhubung dengan kegiatan pengembangan lainnya dalam program preservasi arsip. Kegiatan ini menyasar pada seluruh arsip yang tersimpan dalam area lembaga kearsipan. Program yang dilakukan Paul Conway mengenai praktik pelestarian arsip dalam hal ini preservasi arsip dengan konteks nasional menggambarkan sebuah model arsip yang membentuk area penelitian yang terlibat dan menemukan temuan utama serta membahas mengenai implikasinya pada bidang profesi arsiparis.
Menurut National Conservation Advisor Council (NCAC) dalam Mary Lynn menjelaskan terdapat tiga komponen dari kata kunci konservasi dalam konteks pengertian di bidang kearsipan, yaitu:
a. Examination sebagai pemeriksaan utama untuk menentukan, mengkomunikasikan dan memutuskan tindakan yang dilakukan dalam menentukan masa usia/simpan arsip, tingkat kehilangan dan lainnya;
b. Preservation atau pelestarian dan pencegahan ini adalah tindakan untuk memperlambat atau mencegah kerusakan pada arsip serta mengendalikan lingkungan yang ada dan meminimalkan kerusakan yang terjadi pada lingkungan tersebut; dan
c. Restorasi adalah tindakan aksi yang diambil untuk mengembalikan kerusakan yang telah terjadi pada arsip dengan cara melakukan perombakan keseluruhan atau sebagian sehingga menyamakan dengan arsip aslinya, dalam hal ini adalah informasi yang tertuang dalam arsip minimal dapat terbaca agar isi kontekstual dan sejarahnya dapat diselamatkan.
Menurut Carmen Crespo konsep dari restorasi adalah berkaitan erat dengan pelestarian arsip dengan fokus terhadap integritas dokumen/arsip, sebuah gagasan yang didasarkan pada penghormatan terhadap metafisik dokumen/arsip tersebut serta nilai material mereka. Carmen Crespon dan Vicente menguraikan mengenai program restorasi yang layak. Metodologi yang digunakan adalah menjauhkan arsip pada setiap jenis arsip. Artinya arsip dibedakan sesuai dengan jenis arsip. Langkah berikutnya adalah harus berurutan dan selaras satu sama lain sesuai dengan karakter dokumen yang akan dipulihkan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah kontrol pada identifikasi, diagnosis dan pilihan alternatif program seperti fotografi, membersihkan dari bakteri atau bahan perusak arsip dengan cara pelarut tidak berair (dry-cleaning), larutan berair (pencucian) dengan bahan pemutih, kemudian deasidifikasi sebagai cara pengeringan hingga pada pekerjaan laminasi.
Langkah pertama dalam kegiatan ini yaitu kegiatan kontrol yang meliputi identifikasi, diagnosis, dan pilihan perawatan. Pekerjaan ini sebagai pekerjaan pendahuluan penting untuk setiap pekerjaan restorasi. Langkah kedua dari pekerjaan ini adalah berupa pengeringan dan pengepresan yang harus dilakukan di akhir semua kegiatan pada setiap arsip. Program atau kegiatan dari preservasi arsip dan restorasi ini adalah kegiatan secara keseluruhan menentukan pra, proses dan pascaprogram yang mempunyai fungsi kerja masing-masing sehingga saling melengkapi satu dengan lainnya. Program preservasi arsip menjadi program wajib bagi lembaga kearsipan untuk mencegah kerusakan arsip dari berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Kegiatan restorasi arsip merupakan kegiatan untuk merehabilitasi atau memperbaiki arsip dengan cara-cara khusus sesuai dengan tingkat kerusakan dan media yang digunakan pada arsip yang terdampak bencana.
Manajemen Perencanaan Bencana dan Perbaikan Arsip Akibat Bencana
Manajemen perencanaan bencana ini lebih sering disebut sebagai disaster plan program and recovery archives. Program ini untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan kegiatan bagi lembaga kearsipan yang di daerahnya rawan akan bencana, misalnya bencana banjir, bencana kebakaran, bencana tanah longsor dan bencana yang disebabkan oleh lingkungan sekitar, misalnya suhu yang lembab karena konstruksi bangunan. Program perbaikan ini menjelaskan mengenai apa yang dilakukan dari unsur internal dan eksternal pada lembaga kearsipan untuk melakukan kegiatan pekerjaan pada arsip yang terdampak bencana. Kedua program ini saling berkaitan seperti satu unsur dalam manajemen yang kompleks. Untuk mensukseskan kegiatan ini perlu dilakukan pembahasan poin-poin sesuai dengan keadaan di lapangan pada lembaga kearsipan. Berikut ulasan mengenai program ini menurut beberapa ahli dalam bidangnya. Menurut Ira A. Penn , sebuah organisasi yang yang merespon manajemen bencana dan penanggulangannya dengan desain program adalah sebagai berikut:
a. Meminimalkan gangguan yang berhubungan dengan operasi bisnis secara normal;
b. Mencegah terjadinya gangguan lebih lanjut;
c. Meminimalkan dampak bencana pada aspek ekonomi;
d. Menyiapkan langkah prosedur altenatif;
e. Melatih tim dengan prosedur gawat darurat;
f. Menanggulangi pemulihan aset yang terdampak; dan
g. Menyediakan layanan restorasi dengan baik.
Sedangkan Sulistyo Basuki menjelaskan mengenai konservasi pada arsip statis dalam media tekstual, kegiatan ini bisa disebutkan sebagai teknik preservasi arsip tekstual, yaitu yang terdiri dari:
a. Pengasaman (deasidifikasi) kertas. Kegiatan ini mengukur skala ph yang terdapat di kertas apakah asam atau basa sehingga program konservasi harus tepat pada aspek ph kertas;
b. Laminasi yaitu metode pelestarian cantuman dengan cara menutup panas;
c. Pengapsulan atau encapsulation adalah proses penyimpan dokumen di antara lembaran film poliester dan menutup rapat bagian tepi dengan menggunakan tape; dan
d. Mikro bentuk ini adalah seperti alih media. Kegiatan yang mengubah bentuk asli ke bentuk digital seperti kegiatan penscanan. Mikrobentuk ini seperti bentuk mikrofilm, mikrofis dan mikrolegam. Berhubungan dengan ruang penyimpanan, Sulistyo Basuki menjelaskan bahwa sewaktu merencanakan ruangan penyimpanan ada hal yang harus dipertimbangkan yaitu gedung, kontrol keamanan, kontrol suhu dan kelembaban, cahaya, dan alokasi ruang.
PEMBAHASAN
Jenis-Jenis Arsip Terdampak Bencana
Arsip pada dasarnya memiliki dua jenis berdasarkan media yang digunakan, pertama yaitu arsip kertas atau arsip tekstual sedangkan yang kedua adalah arsip nonkertas atau arsip yang berbentuk media yang digunakan selain kertas. Arsip ini adalah arsip media baru, seperti arsip digital, arsip foto, arsip rekaman suara dan arsip-arsip lainnya yang menggunakan media selain kertas. Arsip-arsip ini mempunyai spesifikasi tersendiri dalam menggambarkan kebergunaan dan kebermanfaatan arsip tersebut terhadap pengguna. Pengelolaan arsip antara media tekstual dan media nontekstual juga berbeda, misalnya arsip tekstual disimpan pada boks arsip di rak arsip atau roll O’ pack, berbeda halnya dengan arsip media nontekstual seperti arsip foto yang disimpan pada amplop kertas nonasam dan nonbasa di rak yang terbuka. Perbedaan ini dapat dilihat dari cara penyimpanan, pengolahan dan cara penggunan. Arsip tekstual jika dilihat dari cara menggunakannya, dapat dibaca dan dilihat langsung oleh mata, sedangkan arsip nontekstual
Dibaca atau dilihat informasinya dengan cara didengar, dipahami dengan menggunakan media baca terlebih dahulu agar dapat membaca/mengetahui informasinya, misalnya arsip audio visual pada gambar gerak maka arsip tersebut dapat dibaca dengan menggunakan mesin pembaca (reader machine). Semua jenis arsip tersebut dapat dimungkinkan terkena bencana, walaupun dalam tahap penyimpanannya sudah sangat bagus. Hal ini dikarenakan ukuran bencana tidak dapat diketahui. Oleh karena itu, sebagai pegawai arsip maka perlu melakukan survei dengan cara melihat ke lingkungan sekitar mengenai analisis dari lingkungan sekitar dan kemungkinan bencana yang akan terjadi. Jenis-jenis bencana yang mengakibatkan kerusakan arsip seperti bencana banjir. Bencana banjir yang merusak arsip dapat terjadi akibat volume hujan yang tinggi, saluran air pada konstruksi gedung tidak bekerja secara optimal seperti pipa-pipa jalan air tersumbat yang memenuhi atap bangunan dan bangunan tersebut mengalami rembesan air. Akibatnya air masuk ke gedung dan menetes di rak atau boks arsip. Arsip yang terkena banjir khususnya arsip tekstual dapat dilakukan penanganan perbaikan arsip dengan berbagai cara. Contoh arsip yang terkena lumpur dapat diperbaiki dengan cara yang sama seperti arsip yang terkena air. Penanganan ini ditujukan untuk arsip tekstual. Berbeda lagi dengan arsip nontekstual, misalnya arsip foto, arsip kaset dan arsip gambar gerak. Jika terkena air maka dilakukan pengeringan dan mencoba ulang pada mesin pembaca masing-masing berdasarkan media arsip tersebut.
Arsip yang mengalami kerusakan akibat bencana dilakukan program perbaikan arsip dengan cara restorasi arsip konvensional. Restorasi arsip konvensional ditujukan untuk arsip-arsip kertas, arsip peta dan arsip lainnya yang didasarkan bahan kertas. Arsip yang dikerjakan pada bagian ini dilakukan perbaikan sedemikian rupa agar arsip tersebut dapat dibaca dan dilihat kembali informasinya. Jika sudah dapat dibaca maka arsip tersebut dapat dilakukan alih media ke media digital dengan men-scan arsip sehingga mempunyai back up data di database sistem penyimpanan arsip. Salah satu contoh jenis arsip nonkonvensional adalah arsip media digital. Pencegahan dan antisipasi terhadap bencana untuk arsip ini dapat dilakukan dengan cara mem-backup dalam bentuk kertas, sedangkan untuk arsip rekaman suara dan arsip audio visual gambar gerak dalam database sistem simpan arsip.
Aspek Manajemen dalam Kegiatan Preservasi Arsip
Kegiatan preservasi arsip juga perlu memperhatikan unsur-unsur manajamen strategi, antara lain memaksimalkan sumber daya yang ada. Strategi dari aspek sumber daya manusia (SDM), misalnya dengan pemilihan penanggung jawab, dan koordinator yang berpengalaman pada program preservasi. Strategi pada aspek sarana prasarana, dengan memilih sarana dan prasarana yang sesuai dengan keadaan di lapangan sehingga dapat mendukung kegiatan sistem kerja dalam preservasi arsip yang terdampak bencana. Berikut mengenai pembahasan dari aspek manajemen strategi dalam bidang SDM dan sarana prasarana yang digunakan dalam kegiatan preservasi ini:
1. Sumber Daya Manusia
Aspek SDM menjadi unsur penting dalam melakukan preservasi arsip. Apabila tidak terdapat SDM yang berpengalaman sebagai penanggung jawab dalam kegiatan preservasi arsip maka kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik. Pemenuhan unsur SDM dimulai dengan memilih orang yang mempunyai kompetensi dan komitmen. Artinya SDM tersebut mempunyai komitmen yang baik pada pekerjaan program preservasi arsip. Hal ini dapat dilihat dari riwayat pekerjaannya dibidang preservasi arsip. SDM yang menjadi penanggung jawab kegiatan berlaku sebagai koordinator kegiatan. Pengalaman yang terlihat bagus dan baik, sistem koordinasi ke semua lini hingga cara komunikasi yang digunakan ke bawahan dan antar bagian terlihat baik. Koordinator ini membawahi bawahannya dengan SDM spesialisasi, dalam arti mereka mempunyai bidang kerja keahlian masing-masing, misalnya dalam program arsip preventif maka disediakan SDM yang ahli dalam melakukan preservasi preventif dengan penanggung jawab masing-masing kegiatan. Untuk preservasi arsip kuratif dengan pekerjaan restorasi arsip maka disediakan SDM yang berpengalaman dalam melakukan kegiatan restorasi arsip konvensional ini.
2. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana kegiatan preservasi arsip dipersiapkan sejak manajemen program preservasi arsip konvensional, seperti perencanaan jumlah japanasse tissue, kain lamatex, kertas conquorer, metode leafcasting, metode freezing dan metode enkapsulasi. Aspek manajemen di ranah sarana dan prasarana ini adalah berkaitan dengan memaksimalkan sarana dan prasarana yang sudah ada untuk pengembangan sistem yang dapat mengakomodir arsip terdampak bencana agar cepat diselesaikan. Artinya kegiatan ini dilakukan secara efektif dan efisien sehingga program preservasi arsip dapat terlaksana dengan baik. Sarana dan prasarana ini sebagai aspek pendukung dan aspek utama karena jika tidak ada aspek ini maka kegiatan preservasi arsip tidak dapat berjalan. Aspek pendukungnya adalah dengan ketentuan minimal pada bahan yang digunakan maka prasarana sebagai penunjang seperti keberadaan mesin freezer menjadi pelengkap pengeringan arsip, jika tidak ada maka dapat menggunakan sinar matahari sebagai alat pengeringan secara alami. Sarana dan prasana tersebut mengalami pengembangan di sisi lain sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi untuk efektivitas dan efisensi pekerjaan.
KESIMPULAN
Strategi kegiatan preservasi arsip konvensional pada arsip yang terdampak bencana ini menggambarkan mengenai tahapan apa saja yang dilakukan pada kegiatan restorasi arsip konvensional. Kegiatan ini dimulai dari prakegiatan, proses kegiatan hingga pasca kegiatan. Salah satunya kegiatan yang dilakukan adalah pengaturan manajemen preservasi arsip konvensional dengan strategi utama yaitu perencanaan yang matang, baik itu dari sisi lembaga, teknis kegiatan, SDM maupun pemantapan program preservasi arsip terdampak bencana. Hasil dari kegiatan restorasi arsip ini menjadikan arsip konvensional terkelola dengan baik, apalagi untuk arsip yang terkena dampak bencana. Kerentanan informasi pada arsip tersebut mengindikasikan peluang kehilangan informasi cukup besar sehingga pengelolaan arsip yang terdampak bencana dengan kegiatan restorasi arsip wajib dilakukan, terlebih lagi jika lembaga kearsipan tersebut telah sadar arsip maka lembaga tersebut wajib melakukan manajemen kearsipan dengan baik dan benar dalam lingkup kegiatan preservasi arsip. ANRI sebagai lembaga pembina kearsipan di Indonesia mempunyai aturan, program dan pedoman yang berkaitan dengan preservasi arsip yang dapat diterapkan di lembaga-lembaga kearsipan di Indonesia sehingga program preservasi arsip khususnya pada restorasi arsip konvensional. Lembaga kearsipan lainnya seperti lembaga kearsipan provinsi, lembaga kearsipan kabupaten/kota maupun lembaga kearsipan perguruan tinggi dalam kegiatan preservasi arsip dapat berkolaborasi dengan unit kerja terkecil. Lembaga ini juga dapat bersinergi dengan masyarakat ketika terjadi bencana yang dapat menyebabkan arsip rusak atau hilang informasinya. Sinergi tersebut merupakan salah satu strategi dalam program preservasi arsip terdampak bencana yang dapat dilakukan, sehingga arsip dapat terselamatkan baik fisik maupun informasinya.
Restorasi arsip menjadi bagian penting yang harus dilakukan pada prabencana berupa preservasi preventif. Preservasi preventif perlu dilakukan karena negara Indonesia kaya akan morfologi daerah yang rentan terhadap bencana (banjir, kebakaran, tanah longsor, dan sebagainya) dan preservasi kuratif pada pasca bencana. Komponen-komponen perbaikan yang perlu diperhatikan adalah peningkatan kemampuan dan pengalaman SDM yang handal, berpengalaman dan berkomitmen terhadap pekerjaan; dan penambahan sarana prasarana yang memadai sehingga program ini dapat berjalan dengan baik. Pemerintah merupakan pendukung utama dalam penyediaan gedung arsip dengan fasilitas alat dan bahan preservasi arsip sesuai dengan standar.
DAFTAR PUSTAKA
Crespo, Carmen. The Preservation and Restoration of Paper Records and Books: A Ramp Study With Guidelines. Unesco, Paris, 1985.
I Nyoman Saputra. Buku Ajar Manajemen Kearsipan. Malang : Universitas Negeri Malang. Fakultas Ekonomi. Jurusan Manajemen. 2009.
Pen, Ira A., at al. Records Management Handbook. Gower Publishing : Aldershot, 1989.
Ritzenthaler, Mary Lynn. Archives & Manuscripts: Conservation: A Manual on Physical Care and Management. Society of American Archivists : Chicago, 1983.
Sulistyo Basuki. Manajemen Arsip Dinamis. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta, 2003.
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan.
Verry Mardiyanto. “Strategi Kegiatan Preservasi Arsip Terdampak Bencana : Lokasi Kasus di Arsip
Nasional Republik Indonesia”. Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Author
Personal blog of Fina, I just start what I wanted and I blog about poetry, article, all about library and writings my trip holiday. I hope you like it.
Related Posts
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar