PENGELOLAAN INFORMASI INSTITUTIONAL REPOSITORY
MENGGUNAKAN APLIKASI OPEN SOURCE DSPACE
DI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
MENGGUNAKAN APLIKASI OPEN SOURCE DSPACE
DI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Abstrak
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui pengelolaan Informasi Intitutional
Repository (IR) dengan menggunakan Open
Source DSpace, dan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari Sistem Open Source DSpace di Direktorat
Perpustakaan Universitas Islam Indonesia. Faktor-faktor apa sajakah yang
menjadi pertimbangan pemilihan software open source Dspace tentu saja dengan
melihat kekurangan dan kelebihan dari Software Open Source Dspace tersebut.
Penulisan ini menggunakan metoda penelitian kualitatif dengan pengambilan data
melalui observasi dan studi literatur. Dalam pengelolaannya Institutional Repositori
yang biasa dikenal dengan IR Direktorat
Perpustakaan UII sebelumnya menggunakan software yang dibangun sendiri kemudian
beralih menggunakan software open source
tentu saja ada langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mengantisipasi
beberapa resiko pemilihan software open
source tersebut. Beberapa hal yang dilakukan adalah : dengan mengadakan
pelatihan terhadap SDM mengenai pemanfaatan source
code dari software open source Dspace, memberikan pelatihan terhadap
SDM untuk dapat mengeksplorasi software
tersebut, mengikuti perkembangan software
open source Dspace, mempunyai improve
terhadap keperluan pengembangannya melalui sosial media dan harus punya backup
data. Dalam pemilihan software Dspace tentunya berpihak kepada kebutuhan dari
institusi itu sendiri. Kemampuan Sumber Daya manusia dan juga ketersediaan sarana
prasarana menjadi kunci penentu pemilihan software
Intitusional Repository Dspace
tersebut. Untuk saat ini software Open
Source Dspace dianggap oleh UII sebagai software yang paling dapat mengakomodasi
kebutuhan yang diinginkan oleh UII.
Kata kunci :
Pengelolaan Informasi, Institutional
Repository, Aplikasi DSpace, Open Source
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
latar
Belakang
Dalam
pengembangan koleksinya, Perguruan Tinggi dituntut untuk mengembangkan koleksi
karya ilmiahnya melalui Intitutional
Repository (IR). Institutional
Repository merujuk kesebuah kegiatan untuk mengumpulkan menjadi satu,
mendokumentasikan koleksi digital yang merupakan hasil karya ilmiah baik berupa
skripsi, tesis, disertasi, dll.
Pada
topik ini, memberikan penekanan pada konsep “institutional” atau kelembagaan dikarenakan
untuk menunjukkan bahwa materi digital yang dihimpun memiliki keterkaitan erat
dengan lembaga penciptanya.[1]
Khusus istilah Institutional repository (IR) berkembang seiring munculnya
istilah perpustakaan digital pada awal tahun 1990-an yang merujuk pada kegiatan
menghimpun dan melestarikan koleksi digital yang merupakan hasil karya
intelektual dari sebuah komunitas tertentu. Program atau perangkat lunak yang
menghimpun database untuk pertama
kali oleh e-print yang dikembangkan oleh Universitas Southampton di Inggris.
Dengan e-print, beberapa Universitas di Inggris mulai mengembangkan sebuah
sistem terbuka yang mengandalkan inisiatif para ilmuwan untuk secara pribadi
menempatkan karya-karya mereka di IR (Simpanan Kelembagaan), kegiatan tersebut
kemudian dikenal dengan istilah “Self-archiving”. (Yanto, 2013:6)
Institutional Repository
dalam kaitannya dengan kegiatan menghimpun dan melestarikan koleksi digital
sebuah lembaga harus benar-benar dikelola dengan baik, matang dan terencana.
Mengingat kebutuhan informasi dari para pemustaka semakin hari semakin terus
meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perpustakaan harus memikirkan
penambahan bahan informasi alternatif. Salah satu bahan informasi alternatif
tersebut adalah bahan pustaka kelabu (greyliterature). Pada Perguruan Tinggi, grey literature adalah karya ilmiah
umumnya berupa kertas karya, skripsi, tesis, disertasi dan laporan penelitian
serta publikasi. Setiap institusi/lembaga di Indonesia boleh membangun dan
mengembangkan system repositori, namun hal terpenting adalah bersinergi untuk
mengintegrasikan akses informasi digital antar-lembaga dan meningkatkan
kualitas hasil karya/publikasi ilmiah nasional. Lebih luas lagi repositori
berkontribusi meningkatkan webometrik repositori lembaga di database.
Sejak
kira-kira tahun 2017 Universitas Islam Indonesia secara resmi menngunakan sistem open source Dspace atas rekomendasi dari Wakil Rektor
I. Memang untuk mmenjadi universitas riset tentu tidak hanya dengan
meningkatkan kuantitas penelitian saja tapi perlu juga untuk meningkatkan mutu
penelitian itu sendiri. Penelitian yang baik dan bermutu bisa terwujud apabila
ada gfaktor pendukung yaitu salah satunya sumber informasi atau bahan pustaka
yang diperlukan untuk penelitian tersedia dengan jumlah yang memadai.
Perguruan
Tinggi dalam mengembangkan repository menggunakan software open source dengan
beberapa pilihan.
Software
Plat Form paling banyak diminati
menurut data DOAR per tanggal 20 Oktober 2018 adalah software open source Dspace, yang dapat di download bebas dengan
alamat nya adalah http://www.dspace.org/ Tentunya disetiap Software open source ada sisi kelemahan dan kelebihannya. Pada
makalah ini akan dibahas mengenai penggunaan software Dspace dalam pengelolaan Intitutional Research. Software
Open Source Dspace adalah aplikasi perpustakaan digital berbasis free software yang dikembangakan pada
tahun 2002 dengan kerja sama antara Massachusetts Institute of Technology
(MIT) Libraries dan Hawlett-Packard
(HP) dengan rilis software pertama versi 1.0. Proyek ini bermula pada tahun
2000, HP memberikan dana sebesar 1,8 milliar dolar selama 2 tahun untuk
membangun arsip digital untuk MIT yang telah mengelola 10.000 artikel yang
dihasilkan setiap bulan oleh pengarang di MIT. Selanjutnya pada tahun 2007,
terbentuklah Dspace foundation
sebagai organisasi non-profit untuk memberikan dukungan kepada komunitas-komunitas
yang mucul dari intitusi-institusi yang menggunakan aplikasi Dspace
Dspace merupakan
aplikasi open source dengan lisensi
BSD (Berkeley Software Distribution) yang dikembangkan dengan tujuan
untuk digunakan dalam mengelola content digital atau digital repository. Dalam
hal ini yang dimaksud dengan mengelola content digital adalah mengumpulkan,
mengatur, mengindeks, dan mendistribusikan koleksi digital. Dspace mendukung OAI-PMH (Open
Archives Initiative-Protocol for Metadata Harvesting) sehingga dapat
digunakan untuk menyimpan dan memungkinkan untuk dapat diakses secara terbuka.
Standar metadata yang digunakan pada Dspace
adalah dublin core sehingga dapat
digunakan untuk pertukaran metadata secara otomatis. Selain itu, aplikasi ini
juga dapat digunakan untuk mengelola berbagai macam konten digital seperti
teks, gambar, gambar bergerak, MPEG, dan perangkat data.
Dspace
membutuhkan beberapa progam atau aplikasi tambahan untuk menjalankan aplikasi
ini. Progam tambahan itu adalah Oracle Java JDK (Java Development Kit), Apache
Maven 2.2.x (Java build tool), Apache Ant 1.7 or later (Java build tool),
Servlet Engine: (Apache Tomcat 5.5 or 6, Jetty, Caucho Resin or equivalent) dan
PostgreSQL / Oracle Database. Oracle Java JDK digunakan untuk bahasa pemrogaman
pada Dspace yang membuat coding menjadi lebih mudah dan rapi. Sedangkan Apache
Maven dan Apache Ant digunakan untuk merakit aplikasi
Dspace
yang membuat kustomisasi tampilan Dspace menjadi lebih fleksibel untuk
disesuaikan dengan keinginan atau kebutuhan pengguna. Lalu Seylet Engine tomcat
digunakan untuk menjanalakn Dpace sebagai pengguna dan Jetty atau Caucho Resin
digunakan untuk konfigurasi dalam pengkodean UTF-8 secara default. Persoalan
kemudian Universitas Islam Indonesia baru saja menegalihkan sistemnya ke
aplikasi yang saat ini sedang banyak dipakai yaitu DSpace. Pernyataan tersebut pasti menjadi sebuah tantangan bagi UII
sendiri bagaimana menyesuaikan menggunakan aplikasi tersebut dan menjadi sebuah
penilaian bagi yang meneliti serta hasil dari penelitian dapat menjadi evaluasi
bagi UII sendiri.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
pengelolaan Informasi Intitutional
Repository (IR) dengan menggunakan Open
Source DSpace di Universitas Islam Indonesia?
2. Faktor-faktor yang menjadi
pertimbangan pemilihan Software Open Source DSpace dalam pengelolaan
Informasi Institutional Repository (IR)
di Universitas Islam Indonesia?
1.3
Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui pengelolaan Informasi Intitutional Repository (IR) dengan menggunakan Open Source DSpace di Universitas Islam
Indonesia
2. Untuk mengetahui faktor-faktor
termasuk kelebihan dan kelemahan Sistem Open
Source DSpace dalam pengelolaan Informasi Institutional Repository (IR) di Universitas Islam Indonesia
1.4
Manfaat Penelitian
1. Dapat mengetahui pengelolaan
Informasi Intitutional Repository (IR) dengan menggunakan Open Source DSpace di
Universitas Islam Indonesia
2. Dapat mengetahui faktor-faktor
termasuk kelemahan dan kelebihan Sistem Open Source DSpace dalam pengelolaan
Informasi Institutional Repository (IR) di Universitas Islam Indonesia maka
akan lebih dipersiapkan antisipasi atas resiko yang akan terjadi.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengelolaan
Informasi
Communication
Management Plan atau yang disebut Pengelolaan
Informasi adalah suatu proses yang diambil pada tahap manajemen dalam sebuah
organisasi, sebelum organisasi tersebut memutuskan dalam bentuk komunikasi apa
yang baik untuk dilakukan.
Pengertian dari informasi adalah data yang
sudah diolah menjadi bentuk yang berguna untuk membuat keputusan yang tepat.[2] Informasi sangat berguna dalam membuat
keputusan karena informasi dapat menambah pengetahuan atau sebaliknya
mengurangi ketidakpastian dan informasi menjadi sangat penting karena bagi para
pengelola dapat mengetahui kondisi secara obyektif pengetahuan tersebut.
Informasi tersebut merupakan hasil dari pengolahan data maupun fakta yang dikumpulkan
dengan metode atau cara-cara tertentu. Dan informasi dapat diidentifikasikan
sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan
berarti bagi penerima atau pengelola yang menggambarkan suatu kejadian yang
nyata yang dipergunakan untuk pengambilan keputusan.[3]
Sebuah organisasi atau instansi pasti
mempunyai suatu rencana yang menjadi satu-satunya alat yang dapat memperbaiki
kinerja alur informasi dan saat disadari bahwa informasi yang ada tidak bisa
didapatkan tepat pada waktunya. Informasi dari hasil pemrosesan dan
pengorganisasian dari sekelompok data yang mempunyai sebuah nilai pengetahuan
bagi penerimanya untuk digunakan sebagai pengambilan keputusan. Dari sebuah
data yang diolah dan kejadian-kejadian nyata yang sering terjadi menjadi bentuk
kesatuan obyek seperti informasi tempat, benda, dan informasi data seseorang
yang betul-betul terjadi.
Setelah berbagai informasi didapatkan, maka
langkah selanjutnya adalah memilah informasi tersebut dan mengambil informasi
yang dianggap actual, terpercaya, akurat dan up to date. Sehingga informasi
yang kurang penting dan tidak dibutuhkan dapat disisihkan. Jadi, pengolahan
dapat diambil beberapa tahap yaitu : pengumpulan data (mencari informasi);
memilah informasi; menyimpan informasi; mengambil kembali untuk diolah menjadi
informasi yang baru; dan mempresentasikannya dan membagikan informasi tersebut
kepada khalayak.
2.2 Pengertian
Institutional Repository
Repositori institusi yang biasa dikenal dengan IR pasti sudah umum
bagi pengelola perpustakaan perguruan tinggi. Langkah startegis yang diambil
universitas dengan mempertahankan relevansinya dalam masyarakat yang berbasis
teknologi informasi yaitu Institutional
Repository. Repository dapat menjadi bagian dari sistem penerbitan dan
publikasi bersifat open access yang dihasilkan sivitas akademik seperti
skripsi, tesis, disertasi, karya dosen, prosiding, bahan ajar dan lain-lain.
Kata repository (simpanan) sama populernya dengan kata akses, hal
tersebut menunjukkan betapa konsep perpustakaan digital merupakan keberlanjutan
tradisi yang sudah mengakar dalam kepustakawan (librarianship) secara universal. Sedangkan istilah Institutional Repository (IR) merujuk sebuah
kegiatan menghimpun dan melestarikan koleksi digital yang merupakan hasil karya
intelektual dari sebuah komunitas tertentu. Penekanan yang diberikan pada
konsep “institutional” atau kelembagaan adalah untuk menunjukkan bahwa materi
digital yang dihimpun memiliki keterkaitan erat sekali dengan Lembaga
penciptanya.[4]
Institutional Repository menjadi bagian dari sistem penerbitan dan publikasi universitas yang
bersifat terbuka bagi sivitas akademika. Repositori merupakan tempat pertama
bagi penulis untuk menampilkan karya dan profil yang memiliki mafaat pada
instansi mereka, dan ke seluruh dunia secara luas.[5]
Upaya untuk menampilkan karya yang dihasilkan oleh sivitas akademik
sebenarnya termasuk cara untuk membuka akses bagi pihak luar agar dapat juga memanfaatkan
karya sebagai pengembangan ilmu pengetahuan mereka.
Kegiatan open access dalam
beberapa tahun terakhir sangat meningkat sejalan dengan perkembangan dari ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi yang memudahkan akses pencarian.
Ketersediaaan informasi ilmiah yang dikemas dalam bentuk artikel dipublikasi
secara komersial mulai bersaing dengan jurnal open access tersebut. Salah satu pilihan yang sering digunakan
untuk akses terbuka karya ilmiah pada sebuah instansi dengan menempatkan pada digital repository yang disediakan baik
secara kelembagaan (institutional
repository) atau berdasarkan sbjek/ilmu pengetahuan (subject-based repository).
Beberapa keuntungan ketika sebuah institutional repository menerapkan sistem open acesss.[6]
Yaitu pertama, menyediakan sistem yang terintegrasi sehingga memudahkan
akses dan memfasilitasi pertukaran ilmu pengetahuan dan yang kedua menjadikan
karya ilmiah dapat diakses seluruh pengguna di dunia. Hal ini merupakan langkah
strategi yang meningkatkan jumlah sitasi dan reputasi institusi.
2.3 Pengertian
Open Source dan Open Access
2.3.1
Pengertian Open Source
Open Source (sistem terbuka) adalah sistem pengembangan yang tidak diolah oleh
suatu lembaga atau individu, akan tetapi oleh pelaku yang bekerja sama dalam
memanfaatkan kode sumber yang besar dan tersedia bebas dengan menggunakan akses
internet.
Setiap orang dapat menggunakan suatu program yang berlabel open
source secara gratis. Bahkan jika program tersebut masih terasa kurang dan
memerlukan fitur tambahan, maka siapapun yang menggunakannya dapat memodifikasi
serta ikut berkontribusi membuat program tersebut menjadi lebih baik lagi. Jadi
sebuah sistem operasi maupun perangkat lunak yang menggunakan lisensi open
source pastinya selalu membebaskan pengguna atau pengelolanya berkreasi agar
lebih baik lagi tanpa adanya intervensi untuk mengubah, mengutak-atik sesuka
hati, atau menambah bagian dari program open source yang memiliki kesalahan,
akan tetapi pengelola tersebut harus bertanggung jawab dan tidak asal-asalan
dalam melakukan modifikasi sistem tersebut.
Berikut beberapa kelebihan Open Source, diantara lain yaitu :
1)
Penggunaan yang bebas
Dalam
mengembangkan sistem pengguna sistem dapat dengan bebas mempelajari kode sumber
dari suatu perangkat lunak. aplikasi open source juga membebaskan penggunanya untuk
berkreasi sebebasnya sama halnya memahami kode sumbernya. Open source sangat
membebaskan dalam modifikasi, mendistribusi, serta mengedit ulang dan lain
sebagainya.
2)
Legal (tidak melanggar hak
cipta)
Jika
memakai perangkat lunak yang berlisensi open source kemudian memodifikasi dan
mendistribusi maka sah-sah saja atau legal.
3)
Tidak bajakan
Semua
pengguna bebas menggunakan dan memodifikasi aplikasi open source. Artinya tidak
ada yang bajakan, semua asli dan dapat dimodifikasi secara gratis.
Sedangkan
terdapat pula kekurangan dalam penggunaan aplikasi open source, meski gratis
dan dapat dimodifikasi secara bebas, nyatanya perangkat lunak yang berlisensi
open source mempunyai sedikit kekurangan, berikut salah satu kekurangan
perangkat lunak, yaitu :
1)
Tanpa dukungan dana dan
dukungan dalam pemasaran
Biasanya
perangkat lunak yang berbayar pasti memiliki perusahaan, yang pasti juga
memiliki dukungan dana dari perusahaan. Lain jika menggunakan aplikasi open
source, mereka tidak memiliki bantuan dukungan dana, apalagi dukungan
pemasaran.
2.3.2 Pengertian Open Access
Open accesss yang diterjemahkan sebagai akses bebas merupakan istilah yang
terkait pada pemakaian teknologi digital dan akses ke sumber informasi ilmiah
dalam bentuk digital. Media internet dan pembuatan artikel jurnal secara
digital telah memungkinkan perluasan dan kemudahan akses dan kenyataan inilah
yang melahirkan Open Access (OA),
istilah ini tepatnya disebut gerakan OA (Open
Access Movement).[7]
Istilah open access merujuk pada inisiatif yang menghadirkan sebuah
pola komunikasi ilmiah yang dapat mendukung penyebaran ilmu pengetahuan secara
efektif dan efesien. Sadar akan perlunya OA bermula dari kondisi yang dirasakan
bersama oleh masyarakat terutama bidang akademisi tentang kenaikan harga
langganan jurnal yang luar biasa. Di negara maju bahkan membatalkan berlanggan
pada jurnal online sedangkan di negara berkembang banyak perpustakaan perguruan
tinggi yang belum atau tidak mampu melanggannya. Keuntungan dari open access yang utama adalah
meningkatkan asset, penelitian dan sumber belajar yang beragam serta
berkualitas.
Open Access juga merupakan cara menghilangkan atau mengurangi aspek komersial
dari nilai ekonomi sautu informasi. Dengan akses terbuka tersebut diharapkan
karya digital berupa jurnal elektronik yang disediakan dapat digunakan oleh
masyarakat secara Cuma-Cuma melalui teknologi informasi. Kemudahan dan keluasan
akses terhadap informasi yang gratis atau tanpa bayar cashditerbitkan secara
elektronik melalui jaringan internet tanpa hambatan atau larangan dari pihak
tertentu.
Open Acces atau akses bebas selalu berkaitan dengan dua hal pertama keberadaan
teknologi digital dan kedua akses artikel jurnal ilmiah dalam bentuk elektronik
atau digital. Ketersediaan akses internet akan memudahkan akses jurnal dan
gratis (free of change) serta
terbatas dari semua ikatan atau hak cipta dan lisensi, artinya perpustakaan
dapat mendistribusikan sebuah pengetahuan ilmiah yang dilahirkan Lembaga khusus
untuk membentuk sebuah institutional
repository dengan memberikan akses bebas kepada siapapun dan dimanapun
sesuai dengan kebijakan yang dimiliki masing-masing perpustakaan.[8]
Terdapat sebuah laporan yang disusun oleh
Archambault, Caruso, and Nicol (2014) memaparkan berbagai hasil studi terkait
dengan kekuatan dan kelemahan OA yang dilaporkan adalah :
1.
Kurangnya kesiagaan terhadap OA
Pendukung OA kelihatannya masih kurang
berhasil menyakinkan para ilmuwan dan peneliti akan pentingnya OA. Beberapa
hasil survey jelas menunjukkan bahwa tingkat kesiagaan dan pengetahuan peneliti
mengenai OA masih terhitung rendah. Kesiagaan ini penting karena berdampak
secara langsung pada jumlah deposit yang masuk di repositoria tau jurnal OA.
2.
Kualitas Artikel OA
Berkaitan dengan tidak adanya proses peer
review ataupun jika ada pelaksanaannya dianggap seadanya, terutama untuk
artikel jurnal ilmiah yang diunggah di repositori. Beberapa model peer review
telah dicoba. Seperti contoh open peer review atau ResearchGate yang dimana
penulis mengetahui orang yang mereview artikelnya.
3.
Prestis
Jurnal OA dianggap kurang mempunyai prestis
disbanding jurnal komersial. Tentu saja hal ini terjadi karena jurnal komersial
yang telah lama malang melintang di dunia penerbitan hingga memiliki reputasi,
bahkan penerbitannya telah menciptakan sistem metrik yang diadopsi oleh
perguruan tinggi, pemerintah, perguruan tinggi, dan para ilmuwan sebagai
standar kualitas jurnal serta penilaian hasil penelitian.
4.
Penerbit Pemangsa
Dampak yang terdapat dari model pembiayaan
‘gold’ OA yang mewajibkan penulis membayar biaya penerbitan artikel, Article Processing Cost (APC), telah
membuka peluang munculnya biasa disebut penerbit pemangsa. OA telah
diekploitasi oleh penerbit pemangsa untuk mendapatkan keuntungan dari penulis
yang kurang berpengalaman dengan menciptakan jurnal yang berkualitas rendah.
Sesungguhnya hal seperti ini juga telah lama menjadi masalah dalam dunia
penerbitan ilmiah. Penerbitan seperti ini biasa disebut ‘Vanity Publishing’.
5.
Hak Cipta
Richard Poynder, 2017 dalam artikelnya
menganggap persoalan ini sebagai masalah besar yang diremehkan oleh para
pendukung OA. Model dari perlindungan hak cipta yang jadi pilihan pendukung OA,
yaitu Creative Commons, kelihatannya
tidak dapat melindungi para penulis secara maksimal dari pihak lain yang ingin
menarik keuntungan dari karya mereka. Persoalan hak cipta disebabkan karena
tidak adanya kesepakatan diantara berbagai pihak mengenai definisi OA sendiri.
6.
Pembayaran Bagi Penulis
Pembebanan biaya pengolahan karya ilmiah
bagi penulis tentu saja memberatkan terutama bagi mereka yang berasal dari
negara berkembang yang dimana dana riset tidak mudah didapatkan dan jumlahnya
tidak sebesar di negara maju.
2.4 Pengertian
DSpace
DSpace singkatan dari
DuraSpace adalah perangkat lunak sesuai untuk keperluan akademis, organisasi
non-profit maupun kepentingan organisasi komersial yang membangun repository.
Sebuah aplikasi open source yang
cukup lengkap dan memungkinkan untuk dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan
lembaga, mampu mengkoordinir seluruh jenis konten digital termasuk teks,
gambar, video, mpegs, dan data sets seperti yang dijelaskan dalam
website DSpace “DSpace is the software of
choice for academic, non-profit, and commercial organizations building open
digital repositories. It is free and easy to install “out of the box” and
completely customizable to fit the needs of any organization. DSpace perserves
and enables easy and open access to all types of digital content incuilding
text, images, moving images, mpegs and data sets. And with an ever-growing
community of developers, commited to continuously expanding and improving the
software, each DSpace installation benefits from the next.
DSpace digunakan untuk pengelolaan konten digital termasuk
mengumpulkan, mengelola, mengindeks dan mendistribusikannya. DSpace dapat
diperoleh secara gratis melalui dspace.org. program ini mudah diinstal dan
digunakan serta dikustomisasi sesuai kebutuhan pengguna.
DSpace memiliki banyak fitur dan keunggulan seperti: statistic,
standar metadata Dublin Core, mendukung OAI-PMH yang dapat digunakan unutk pertukaran metadata secara otomatis,
pengguna DSpace juga tersebar hamper di seluruh dunia dengan komunitas pengguna
yang cukup besar sehingga memungkinkan dilakukannya berbagi atau sharing informasi sesame komunitas
terutama dalam hal penggunaan maupun update
sistem.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Kelebihan dan kelemahan Software Open Source Dspace
Perpustakaan
Universitas Islam Indonesia dalam mengelola informasi Institutional Repository
nya menggunakan open source Dspace.
Sebelumnya Perpustakaan Universitas Islam Indonesia membangun sendiri sistem
untuk pengelolaan IR dengan alamat web: karya.uii.ac.id, sekitar tahun 2017
atas rekomendasi dari Wakil Rektor I beralih menggunakan sistem open source Dspace. Pemilihan software
untuk membangun Institutional Repository
(IR), perpustakaan Universitas Islam Indonesia disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan
sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya sarana dan prasarana. Dalam
pemilihan sistem open source tentunya banyak pilihan yang disajikan, seperti
Eprint, Dspace, Islandora, WEKO, dll. Adapun beberapa hal yang menjadi
pertimbangan Perpustakaan UII dalam memilih Dspace antara lain :
1.
Fitur dan dukungan
2.
Berapa banyak pemakai Dspace
3.
Daftar service profider
4.
Fitur, terdapat fitur versioning of data (mencakup riwayat sebuah
data, perubahan, penggantian, semuanya dapat direkam)
5.
Mudah dalam melakukan penyimpanan
6.
Nama
Besar Pembangun Software yaitu dari Massachusetts
Institute of Technology (MIT) Libraries dan Hawlett-Packard (HP)
7.
Isu hak cipta yang membuat
orang memilih aman
8.
Dapat dibandingkan kualitas
layanannya dengan software berbayar.
Software yang digunakan adalah open
source, ada beberapa keuntungan dan kelemahan dalam menggunakan software
open source. Open source adalah software yang menyediakan akses terbuka,
yang dibuka adalah sumber kodenya, sehingga orang bisa dengan leluasa
menggunakan dan memanfaatkan software tersebut. Tentu saja dengan open source
ini, dapat juga diketahui kelemahan-kelemahan dari software tersebut.
Keuntungan yang langsung bisa didapat adalah software tersebut gratis.
Beberapa keuntungan dan kelemahan dalam penggunaan software open
source DSpace antara lain [9]
:
1.
Lisensi gratis, hemat biaya,
hemat devisa, hemat waktu
2.
Jumlah user tak terbatas
3.
Aplikasi dapat digandakan
4.
Kode sumber program
5.
Terbuka, isinya dapat dilihat,
dipelajari, dimodifikasi
6.
Mengurangi Tingkat pembajakan
7.
Open Source memungkinkan kita
untuk mengembangkan software tersebut, sehingga menjadi kreatif.
Kelemahan Software Open Source DSpace[10]
:
1.
Apabila ketersediaan SDM di
Intitusi anda kurang bisa memanfaatkan ketersediaan source code software open
maka manfaatnya software tersebut menjadi sangat terbatas.
2.
Software open source tidak
memberikan proteksi HAKI , meski kebanyakan orang menganggap bahwa open source
perlu dijaga kerahasiaannya
3.
Untuk beberapa platform, tidak
ada garansi limitasi modifikasi oleh orang-orang tertentu yang telah
mengembangkannya.
4.
Kita akan sangat kesulitan
memantau status dari software tersebut, terus dikembangkan atau stagnan hanya
sampai disitu.
5.
Tidak ada garansi sejauh mana
software itu dapat dikembangkan
6.
Limitasi modifikasi oleh orang
– orang tertentu yang membuat atau memodifikasi sebelumnya.
7.
Dapat menimbulkan resiko
kurangnya diferensiasi antara satu software dengan yang lain, apabila kebetulan
menggunakan beberapa Open Source yang sama.
Apabila
dibuat dalam suatu tabel untuk memudahkan dalam melihat kelebihan dari sistem
open source Dspace,[11]
maka dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :
1.
Dilihat dari Infrastrukturnya
Tabel 1 Kelebihan Software Open Source Dspace
Dilihat
dari
|
Software
|
Dspace
|
1. Infrastrukturnya
|
Hosted
|
Ya
|
Instalasi Lokal
|
Ya
|
|
Dukungan Komunitas
|
Ya
|
|
Dublicore metadata
|
Ya
|
|
Open source
|
Ya
|
|
Konfigurasi admin
|
Ya
|
|
2.
Tampilannya
|
Desain Tampilan
|
Ya
|
Desain Tampilan dapat disesuaikan
|
Ya
|
|
3.
Pengawasan dan Kontrol
Koleksi
|
Open access
|
Ya
|
Kontrol Akses
|
IP, user dan domain
|
|
Standar Tipe File (PDF, RTF, DOC, dll)
|
Ya
|
|
PDF Viewer
|
Tersedia
|
|
Creative Commor License
|
Ya
|
|
4.
Temu Kembali Informasi
|
Terinterasi dengan Search Engine
|
Ya
|
Penelusuran Lanjutan detail
|
Ya
|
|
Fulltext indexing
|
Ya
|
|
Opsi penelusuran
|
Kategori, subyek, judul, tahun, pengarang, tipe
koleksi
|
|
Terindeks di google scholar
|
Ya
|
|
Ekpor sitasi
|
CoinS
|
|
5.
Perangkat Publikasi
|
Alur publikasi yang fleksibel
|
Terbatas
|
Impor data
|
Ya, impor bibliografi
|
|
6.
Pelaporan
|
Pengelolaan (Editor)
|
Dapat ditambahkan
|
File yang diunduh
|
Ya
|
|
Integrasi Google Analytics
|
Dapat ditambahkan
|
|
7.
Fitur Multimedia
|
Streaming
|
Dapat ditambahkan
|
Gambar
|
Ya
|
|
Slideshow
|
Dapat ditambahkan
|
|
Audio
|
Ya
|
|
Video
|
Ya
|
|
8.
Fitur Media Sosial
|
Share
|
Dapat ditambahkan
|
RSS
|
Ya
|
|
Bookmark
|
Ya
|
|
Simpan Hasil Penelusuran
|
Ya
|
|
9.
Interoperabilitas
|
OAI-PMH
|
Ya
|
10. Otentifikasi
|
LDAP
|
Ya
|
Sistem Akun
|
Ya
|
|
11.Preservasi
|
Back Up
|
Ya, semua paket arsip
|
12.
|
Perangkat format migrasi
|
Dapat diatur sesuai kebutuhan
|
13.
|
LOCKSS
|
Dapat ditambahkan
|
3.2 Kelemahan Software
Open Source Dspace
Dari tabel-tabel diatas sebagai pertimbangan
dari Perpustakaan Universitas Islam Indonesia dalam pemilihan software Dspace dalam pengelolaan
informasinya. Pemilihan juga tentunya berpihak kepada kebutuhan dari institusi
itu sendiri. Kemampuan Sumber Daya manusia dan juga Ketersediaan Sarana
prasarana menjadi kunci penentu pemilihan software Intitusional Repository
Dspace tersebut. Kelemahan dari software Dspace juga dapat dilihat dari tabel
sebagai berikut :
Tabel 2 Kelemahan Software Open Source Dspace
Software
|
Dspace
|
Kontrol Akses
|
IP, user dan domain
|
PDF Viewer
|
Tersedia
|
Opsi penelusuran
|
Kategori, subyek, judul, tahun, pengarang, tipe koleksi
|
Ekpor sitasi
|
CoinS
|
Alur publikasi yang fleksibel
|
Terbatas
|
Impor data
|
Ya, impor bilbiogafi
|
Streaming
|
Dapat ditambahkan
|
Bookmark
|
Tidak
|
Simpan Hasil Penelusuan
|
Tidak
|
Back Up
|
Ya, semua paket arsip
|
Perangkat format migrasi
|
Dapat diatur sesuai kebutuhan
|
LOCKSS
|
Dapat ditambahkan
|
Dari tabel diatas dapat kita lihat beberapa
kelebihan dan kelemahan dari sistem open source Dspace dan beberapa fitur yang
ada di Dspace dibutuhkan untuk kebutuhan untuk saat ini, sehingga hal inilah
yang menjadikan pemilihan Software open source Dspace di Direktorat
Perpustakaan Universitas Islam Indonesia dalam pengelolaan Intitutional Repository.
Dalam mengantisipasi resiko penggunaan software open source Dspace,
Direktorat Perpustakaan UII telah mengantisipasi beberapa hal sebagai berikut :
1.
Mengadakan pelatihan terhadap
SDM mengenai pemanfaatan source code dari software open source IR
2.
Memberikan pelatihan terhadap
SDM untuk dapat mengeksplorasi dari software tersebut
3.
Karena kita kesulitan memantau
apakah software tersebut terus dikembangkan atau stagnan, maka kita harus
mengikuti perkembangan zaman, sehingga apabila software tersebut telah out off date, maka data tetap bisa
dipindahkan.
4.
Karena tidak ada garansi bahwa software tersebut dapat dikembangkan,
maka harus mempunyai improve terhadap
kepeluan pengembangannya melalui sosial media seperti : Instagram, tweeter,
Facebook, dsb.
5.
Harus punya backup data
sehingga apabila server rusak, atau software ada gangguan dsb maka backup data dapat mengatasi hal
tersebut.
6.
Mengikuti perkembangan software open source Dspace apabila ada upgrade software, dsb
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Institusional Repository adalah kumpulan
dari karya ilmiah yang mencakup skripsi, Thesis, Tugas Akhir, Prosiding, dll.
Dimana pada saat sekarang ini Perpustakaan Universitas Islam Indonesia dalam
pengelolaan Intitutional Repositorynya
menggunakan software open source Dspace.
Ada beberapa kelebihan dari Sistem Open Source Dspace dalam pengelolaanya
sebagai pertimbangan pemilihan software tersebut. Kelebihan dari Dspace
tersebut antara lain dapat mengakomodasi kebutuhan saat ini di Direktorat
Perpustakaan UII, yaitu dapat dilihat dari Tabel 1 mengenai kelebihan
penggunaan software Open Source Dspace. Sedangkan beberapa kelemahan dalam
penggunaan software open source Dspace telah diantisipasi dengan beberapa
langkah yang dilakukan antara lain
sebagai berikut :
1.
Mengadakan pelatihan terhadap SDM mengenai pemanfaatan source code
dari software open source IR
2.
Memberikan pelatihan terhadap SDM untuk dapat mengeksplorasi dari
software tersebut
3.
Karena kita kesulitan memantau apakah software tersebut terus
dikembangkan atau stagnan, maka kita harus mengikuti perkembangan zaman,
sehingga apabila software tersebut telah out off date, maka data tetap bisa
dipindahkan.
4.
Karena tidak ada garansi bahwa software tersebut dapat dikembangkan,
maka harus mempunyai improve terhadap kepeluan pengembangannya melalui sosial
media seperti : Instagram, tweeter, Facebook, dsb.
5.
Harus punya backup data sehingga apabila server rusak, atau software
ada gangguan dsb maka backup data dapat
mengatasi hal tersebut.
6.
Mengikuti perkembangan software open source Dspace apabila ada
upgrade software, dsb
DAFTAR PUSTAKA
Bodnar , George
H. dan Hopwood, William S. 2000 Sistem Informasi Akuntansi, Buku Satu. Jakarta : Salemba Empat
Ida Farida et al, 2016, “A Conceptual Model of Open Access Institutional Repository Academic
Libraries : Viewed from Knowledge Management Perspective” Library Management, Vol
36 Issue: ½ pp.168-181
Jean-Gabriel Bankier and Irene Perciali, “The Intitutional Repository Rediscovered:
What Can a University Do for Open Access Publishing”, dalam Serial Review,
34 (1), March 2008
Jogiyanto, HM.
1999. Analisis dan Desain Informasi :
Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktik Aplikasi Bisnis. Yogyakarta : Andi
Offset
Krishnamurthy M,
“Open access, open source and digital libraries: A current trend in university
libraries around the world.”Voll 42 Issue 1, 2008
Madalli, Devika
P, Sunita Barve, Saiful Amin. “Digital Preservation in Open-Source Digital
Library Software.” The Journal of Academic Librarianship.vol.38. Issue.3 .May
2012
Putu Laxman Pendit.2008 Perpustakaan Digital dari A sampai Z. Jakarta : Cita Karyakarsa
Mandiri
Schweik, Charles M, Robert C English. Internet Success A Study of Open Source
Software Commons, London : The MIT Press, 2012
Supriyanto, Wahyu, Ahmad Muhsin. Teknologi Informasi Perpustakaan.Yogyakarta : Kanisius, 2008
[1] Putu Laxman Pendit. Perpustakaan
Digitan dari A sampai Z (Jakarta : Cita Karyakarsa Mandiri, 2008) , 137
[2] .
Bodnar , George H. dan Hopwood, William
S. Sistem Informasi Akuntansi, Buku Satu. (Jakarta : Salemba Empat, 2000) , 1
[3] Jogiyanto,
HM. Analisis dan Desain Informasi :
Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktik Aplikasi Bisnis. (Yogyakarta : Andi
Offset, 1999) hlm692
[4] Putu Laxman Pendit. Perpustakaan
Digitan dari A sampai Z. (Jakarta : Cita Karyakars Mandiri, 2008), 138
[6] Ida Farida et al, 2016, “A
Conceptual Model of Open Access Institutional Repository Academic Libraries :
Viewed from Knowledge Management Perspective” Library Management, Vol 36
Issue: ½ .168-181
[7] Putu Laxman Pendit, Perpustakaan
Digital dari A …… hlm 192
[8] Putu Laxman Pendit dalam Ratna Dwi Astuti, 2015, Implementasi kebijakan Open Access karya ilmiah Institutional
Repository perpustakaan perguruan Tinggi, Skripsi UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
[9] http://naufalimtinan.blogspot.com/2014/08/kelebihan-dan-kekurangamenggunakan.html,
diakses
tanggal 21 Oktober 2018
[10] Fauzi “Kelebihan dan Kekurangan Software Open Source”. http://uzi-online.blogspot.com/2013/04/kelebihan-kekurangan-software-open-source.html, diakses 21 Oktober 2018
[11]Vincentius Wisya Iswara.”Implementasi Repository Institusi :
Perbandingan aplikasi Open Source.” http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/779/jbptunikompp-gdl-fpptijawat-38905-1-implemen-i.pdf, didownload 21 Oktober 2018
Author
Personal blog of Fina, I just start what I wanted and I blog about poetry, article, all about library and writings my trip holiday. I hope you like it.
Related Posts
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar