TAMAN BACAAN UNTUK MASYARAKAT
(Studi Literatur tentang Taman Bacaan Masayarakat di Surabaya)

Abstrak
Upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa salah satunya adalah dibangunnya sebuah perpustakaan. Tetapi layanan perpustakaan tidak sepenuhnya dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat seperti yang dilakuan TBM yang sangat dekat dengan masyarakat dan semakin banyak perkembangan taman bacaan masyarakat di daerah Surabaya maupun di Yogyakarta. Tujuan penulisan ini akan menjelaskan perkembangan taman bacaan masyarakat di Surabaya. Selain itu, mendeskripsikan apa yang sudah di lakukan oleh perpustakaan dan TBM dalam menggerakkan minat baca masyarakat. Hasil yang diperoleh bahwa kota Surabaya yang diharapkan oleh pemerintah kota sebagai kota literasi sudah menempatkan dan menyebarkan TBM di berbagai kecamatan dan wilayah-wilayah kota Surabaya. Semua TBM itu merupakan di bawah naungan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya. TBM yang dinyatakan sebagai perpustakaan yang sangat dekat dengan masyarakat karena memang sasarannya adalah warga masyarakat, terutama di daerah yang sangat suit dijangkau oleh perpustakaan umum. TBM sudah mengadakan berbagai kegiatan yang mendorong minat baca anak-anak sekaligus kegiatan yang menambah wawasan mereka. Hambatan-hambatan yang seringkali terjadi hanyalah masalah kecil seperti letak geografis dan ketidaksinkronan jam antara jam buka layanan TBM dan jam kegiatan belajar anak-anak yang mayoritas sekolah mereka masih menerapkan full day school.

Kata Kunci : Taman Baca Masyarakat, perpustakaan



LATAR BELAKANG
Inisiatif membangun taman bacaan untuk masyarakat sangatlah beragam. Ada murni dari inisiatif masyarakat setempat. Ada yang dari karya sosial kelompok tertentu, ada memang yang secara resmi menjadi program pemerintah. Kebanyakan tujuan yang dinyatakan adalah untuk mendorong dan membina minat baca masyarakat. Tentu semua upaya tersebut sangatlah baik, karena katanya minat baca masyarakat kita sangatlah rendah. Arti dari ‘katanya’ disini memang menunjukkan skeptisme pernyataan dan harus dibuktikan dengan penerapan atau praktiknya.
Kebanyakan TBM tidak mau menyebut dirinya sebagai perpustakaan dan juga TBM dimata masyarakat sangatlah berbaur dengan masyarakat karena informal atau lebih luwes daripada perpustakaan yang kesannya sangat formal, padahal perpustakaan maupun TBM berjalan seiring menuju cita-cita yang sama. Terdapat kesan bahwa terjadi kompetisi antara TBM dan perpustakaan umum. Di satu sisi ada pendapat dari pihak TBM bahwa perpustakaan itu terlalu kaku dan diskriminatif namun ada juga pernyataan dari perpustakaan bahwa TBM bukanlah perpustakaan. Jika pendapat menyatakan bahwa perpustakaan itu pada dasarnya adalah pustakawannya, maka tentu boleh dikatakan juga bahwa TBM adalah para pegiatnya.
Pengembangan dari program peningkatan minat baca masyarakat menumbuhkan banyak Taman Baca Masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia. Tingginya kepedulian dan respon positif masyarakat terhadap pengembangan minat baca merupakan hak setiap masyarakat untuk memperoleh informasi menuju kehidupan bangsa yang lebih cerdas dan salah satunya didapatkan dari perpustakaan sebagai institusi pengelola informasi. TBM dinyatakan sebagai perpustakaan yang sangat dekat dengan masyarakat karena sasaran utama mengarah pada masyarakat bahkan tumbuh langsung dari masyarakat, terutama di daerah yang sulit dijangkau oleh perpustakaan umum (perpustakaan kota maupun perpustakaan daerah). TBM hadir sebagai tempat baca dengan suasana yang sederhana dan terbuka bagi siapa saja yang memanfaatkannya.
TBM pada hakikatnya memiliki fungsi yang hampir sama dengan perpustakaan, sehingga perpustakaan sebaiknya melihat dari pengertian perpustakaan menurut undang-undang nomor 43 tahun 2007 dalam bab 1 pasal 1 yang menyatakan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan karya rekam seacara professional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.
Sedangkan TBM menurut kemendikbud dalam petunjuk teknis pengajuan dan pengelolaan taman baca masyarakat tahun 2012 adalah :
“lembaga pemberdayaan kegemaran membaca masyarakat yang menyediakan dan memberikan layanan di bidang bahan bacaan, berupa buku, majalah tabloid, Koran, komik, dan bahan multimedia lainnya yang lengkap dengan ruang diskusi, bedah buku, menulis, dan kegiatan literasi lainnya dan didukung oleh pengelola yang berperan sebagai motivator”.
Dari kedua pengertian diatas terdapat persamaan bahwa keduanya mempunyai tujuan yang sama yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi baik untuk memupuk kegemaran membaca maupun berbagai fungsi seperti pendidikan hingga rekreasi. Sedangkan perbedaan yang ada terlihat dari segi pengelola (perpustakaan disebut professional sedangkan TBM pengelola sebagai motivator), dan institusi terlihat bahwa perpustakaan bahwa perpustakaan mengelola sistem yang baku sedangkan TBM membudayakan kegemaran membaca dengan menyediakan koleksi maupun kegiatan literasi lainnya. Terlepas dari format dan spesifikasi kedua lembaga, pada dasarnya menginginkan masyarakat yang cerdas dengan pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat.

PEMBAHASAN
Sejarah Taman Bacaan Masyarakat di Indonesia
Sejarah TBM di Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangan perpustakaan. Sejarah mencatat perpustakaan pertama kali bernamaBatavian Kerkeraad yang dibangun pada tahun 1624, yang kemudian pemerintah kolonial Belanda membangun lebih banyak lagi perpustakaan termasuk Batavia Association for Arts and Science Library pada tahun 1778 dan berkembang menjadi perpustakaan deposit untuk Hindia Belanda yang sekarang dikenal sebagai Perpustakaan Nasional Republik Indoensia.
Pada masa itu mulai dikenal istilah “taman pustaka atau taman bacaan” yang bagi masyarakat lebih ramah dari perpustakaan yang banyak dibangun oleh pemerintah colonial. Perkembangan perpustakaan maupun taman pustaka pada masa itu juga dilatarbelakangi oleh kebijakan politik etis pemerintah kolonial belanda yang mencaku pendidikan untuk orang pribumi. Hal tersebut membuat pemerintah belanda membolehkan orang pribumi bersekolah di sekolah rakyat, dan bersamaan membangun balai pustaka yang mempelopori proyek pengembangan taman pustaka di Indonesia. Konsep perpustakaan umum mulai dikenal masyarakat luas melalui taman pustaka yang dijalankan oleh volunteer librarians.

Taman Bacaan Masyarakat Independen
Taman bacaan masyarakat yang mandiri dan berkembangan dalam masyarakat. Menurut Stian Haklev dalam makalahnya yang berjudul “Community Libraries in Indoensia : A Survey of government-Supported and Independent Reading Gardens” mengungkapkan bahwa taman bacaan masyarakat pada dasarnya dibangun oleh tiga penggagas yaitu; 1) taman bacaan yang dibangun oleh pemerintah pusat maupun pemerintah local atau pemerintah daerah, 2) taman bacaan yang dibangun oleh donator misalnya dalam program CSR perusahaan, 3) taman bacaan yang dibangun oleh LSM maupun komunitas masyarakat lokal.[1]
Taman bacaan msyarakat yang dibangun oleh pemerintah dimulai pada era 1990-an dan juga berkembang seiring dengan taman bacaan yang dibangun oleh pemerintah daerah. Sementara itu, fenomena yang terjadi yaitu berkembangnya taman bacaan yang dipelopori oleh LSM maupun komunitas masyarakat lokal yang tergerak untuk mengembangkan minat baca dalam lingkungan masyarakat setempat maupun keperdulian untuk memberdayakan masyarakat melalui bahan bacaan. Salah satu contoh yaitu gerakan 1001 buku yang dipelopori oleh Gol. A Gong, beberapa komunitas di Yogyakarta yang menggerakkan taman bacaan masyarakat seperti Forum Taman Bacaan Masyarakat yang secara independen berdasarkan kepedulian akan pentingnya membaca dan tidak jarang muncul dari pribadi yang sudah menjadikan buku sebagai bagian dari hidup mereka dan muncul keinginan berbagi dengan masyarakat. Terlepas dari berkembangnya taman bacaan masyarakat, pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu memupuk kegemaran membaca.

Sinergi Perpustakaan dan Taman Bacaan Masyarakat
Sinergi merupakan langkah awal karya perpustakaan untuk rakyat. Pendapat tentang sinergi sangatlah penting dan diperlukan, namun tidaklah sedikit yang berpendapat apakah bisa dilakukan? Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa perpustakaan dan TBM adalah dua hal yang berbeda. Selain itu perpustakaan selalu dikaitkan dengan keteraturan dan ketidakluwesan. Seperti contoh meningkatkan layanan dengan ungkapan layanan prima, mengapa bukan layanan ikhlas? Apakah perpustakaan harus menjual jasanya dengan nominal ? apakah pertanyaan ini lebih sebagai sekedar bertanya atau asal bertanya ? sebenarnya dari hal kecil itulah dapat dikembangkan sinergisme antar perpustakaan dan TBM.



Dalam bersinergi terdapat empat elemen utama yaitu[2];
1.      Kolaborasi atau kerjasama
Kolaborasi lebih menunjukkan bagaimana kerjasama berfungsi, bagaimana menyadari, menggunakan, dan berbagai tentang daya atau kekuatan dari entisitas kerjasama. Dalam suatu kolaborasi yang benar muncul niat saling berbalas kebaikan dan mengenyampingkan beragam perbedaan
2.      Keterlibatan
Partisipasi sepenuh hati dari semua anggota para pihak. Mulai dari hubungan antar pribadi menjadi hubungan antar kelompok individu.
3.      Kepercayaan
Percaya merupakan kunci dari segala kunci dalam proses sinergi. Ibarat kunci utama artinya dapat membukan semua pintu dengan kunci utama. Namun bangunan-bangunan khusus saja yang memiliki kunti. Kepercayaan memang mahal tapi harus dilakukan. Dengan percaya inilah pintu yang semula tertutup dapat dibuka sehingga menjadi komunikasi terbuka dan saling percaya.
4.      Kemitraan
Mitra adalah hasil dari sebuah sinergisme. Berawal dari suatu kolaborasi yang dilakukan secara total dalam arti sebuah pihak yang terlibat dan sepenuh hati, dan berlandaskan saling percaya. Kemitraan yang dihasilkan akan efesien, efektif dan berkesinambungan.

Upaya menyinergikan perpustakaan dan TBM harus selalu bertolak dari alasan sangat mendasar dari tujuan kemerdekaan bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, suka atau tidak suka perpustakaan dan TBM harus bersinergi dalam gerakan nasional gemar membaca yang tujuan akhirnya adalah kecerdasan hidup bangsa.
Selama ini kegiatan seputar perpustakaan dan TBM sering hanya menitikberatkan kesejahteraan dan kecerdasan hidup bangsa Indonesia. TBM yang lebih dekat dengan masyarakat hendaknya dapat mengidentifikasi jenis kebutuhan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kecerdasan hidup mereka. Dengan kata lain TBM dan perpustakaan selayaknya bekerjasama atau bersinergi menjawab kebutuhan masyarakat atau rakyat.

OBSERVASI TBM
Perkembangan Taman Bacaan Masyarakat di Surabaya
Berdirinya TBM di Surabaya dilaksanakan oleh pemerintah kota Surabaya, inisiatif bersama yang di ACC oleh wali kota Surabaya mampu menggerakkan masyarakat sekitar dan seluruh warga Surabaya dapat mengakses perpustakaan secara gratis yang tersedia di wilayah masing-masing. Bertujuan untuk mencerdaskan anak bangsa dan menambah wawasan masyarakat, Surabaya menjadi kota literasi yang kaya akan pengetahuan.
Taman Bacaan Formal yang berasal dari pembinaan oleh Perpustakaan Kota Surabaya yang termasuk dalam program kerja yaitu terdiri dari : Manajemen Koleksi, Layanan Perpustakaan serta Pembinaan dan Perkembangan Perpustakaan. Surabaya termasuk salah satu kota yang memiliki perpustakaan terbanyak, sekitar 1.008 Perpustakaan dan Taman Baca Masyarakat. Diantara jumlah itu, 449 TBM tersebar di seluruh kecamatan se-Surabaya akan tetapi setiap wilayah memiliki wajah dan jumlah yang berbeda. Keseluruhan jumlah TBM diharapkan mampu mendongkrak indeks literasi warga Surabaya. Perpustakaan Kota Surabaya menempatkan Pustakawan di setiap TBM. Tugasnya tidak hanya menata buku tetapi menjadi pelaksana program dan kegiatan guna mewujudkan kota literasi.
Diakui kesuksesan dalam implementasi pembukaan TBM di berbagai wilayah Surabaya sangat menarik untuk dikaji. Beberapa TBM di Surabaya yang penulis ketahui sebagai berikut :
1.      TBM RW 3 Kedurus
Berdiri tahun 2009 yang terletak di lokasi yang sangat strategis di tengah pemukiman warga dekat sekolah dan pasar tepatnya di Jalan Kedurus Baru. Awal berdirinya TBM ini tidak lepas dari peran penting ketua RW, Pengurus RW, dan warga sekitar. TBM RW 3 Kedurus sangat membantu dalam menjalankan program pemerintah kota Surabaya menuju kota literasi. Salah satu tugas dari perpustakaan Kota Surabaya adalah melakukan pembinaan terhadap perpustakaan sekolah, PAUD, TBM dan Perpustakaan LSM. Pembinaan ini dianggap sangat perlu mengingat minat baca masyarakat Surabaya masih di anggap rendah. Berikut profil dari TBM RW 3 Kedurus.
Visi TBM adalah menjadi sumber informasi dan mencerdaskan masyarakat Surabaya.
Misi TBM adalah Melaksanakan Pembelajaran dan pembinaan secara efektif sehingga masyarakat dapat berkembang dengan optimal sesuai potensi yang dimilikinya.
Tujuan TBM adalah meningkatkan minat baca masyarakat, menyadarkan masyarakat akan pentingnya membaca dan belajar, menfasilitasi dan meningkatkan masyarakat umum dalam mendapatkan informasi yang murah dan mudah.
Berbagai aktivitas yang dilakukan TBM RW 3 Kedurus telah melampui kegiatan literasi informasi pada umumnya. Adapun berbagai kegiatan yang dilaksanakan TBM ini mencakup: akses buku baca di tempat, sirkulasi buku, bimbel untuk anak-anak kedurus secara gratis, kelas merajut dan menjahit, praktek memasak dari buku, Story telling, nonto bareng film anak, dan belajar dasar-dasar computer seperti latihan mengetik. Kendala yang dihadapi di TBM adalah; Jam buka yang sebentar mulai jam 13.00 sampai 16.00 membuat anak masih kurang puas (kebijakan perpustakaan Kota Surabaya), terbentur dengan kegiatan mengaji, karena di Surabaya masih berlaku full day school membuat anak-anak jarang sekali ke TBM kecuali waktu hari libur atau bisa juga karena sekolah mereka masuk siang hari jadi tidak ada waktu lagi untuk belajar ke TBM. Dan mayoritas di wilayah kedurus baru adalah orang Madura karena itu mindset mereka lebih mementingkan ilmu mengaji dan berdagang di banding harus membaca buku ti TBM.

2.      TBM Rusun Warugunung
Taman Baca Masyarakat Rusun Warugung berada di tengah perkampungan wilayah Warugunung tepatnya di Aula blok jalak A dan B Rusun Warugunung yang dipegang oleh salah satu tenaga kontrak Perpustakaan Kota Surabaya dan dibuka sejak tahun 2010 silam. Tugasnya tidak hanya menata buku dan menjaga TBM akan tetapi program tantangan membaca yang digencarkan oleh perpustakaan kota Surabaya juga harus dilakukan, dalam program tersebut pustakawan wajib memiliki buku kendali anak untuk mengetahui sejauh mana anak mampu meresume buku. Kegiatan TBM meliputi bimbingan belajar, kreatifitas mewarnai, menggambar, belajar mendongeng atau bercerita di depan, membuat puisi dan menulis cerpen. Hambatan yang terjadi di TBM Rusun Warugung yaitu meski letak strategis tetapi ruangan yang sangat terbuka dan dekat dengan parkiran dari gedung-gedung sebelah membuat pengunjung merasa kurang nyaman.

3.      Perpustakaan Taman Flora Surabaya
Selain membangun TBM di Perkampungan seperti di Kelurahan, Kecamatan, Rumah susun, Puskesman, dan kantor-kantor RW, Pemerintah Kota Surabaya juga membuat Perpustakaan di sejumlah taman salah satunya TBM di taman flora, warga Surabaya pasti tidak asing lagi dengan TBM ini yaitu di tempat rekreasi kebun bibit jalan raya Manyar Surabaya yang letaknya di tengah hutan kota. TBM ini bisa dikatan cukup besar karena memiliki koleksi buku lebih dari 2000 judul sehingga sangat layak jika disebut perpustakaan. TBM ini banyak diminati karena tempatnya sejuk dan rindang serta dilengkapi dengan fasilitas wifi. Banyak anak-anak yang suka membaca buku carita atau novel, memang lebih didominasi dengan bacaan-bacaan ringan seperti cerita rakyat dan novel anak-anak tetapi tidak sedikit pula mahasiswa yang berkunjung meski hanya untuk mengerjakan tugas apalagi didukung dengan koneksi wifi yang cepat. TBM yang sudah berdiri sejak tahun 2011 itu beroperasi setiap hari senin sampai kamis dari pukul 07.30-16.00 WIB. Sedangkan hari Jumat dan Sabtu hanya sampai pukul 14.30 WIB. Tiap buku bacaan yang sudah di baca tak perlu dikembalikan ke rak buku sebab sudah ada yang merapikannya. Kekurangan atau kendala yang terdapat yaitu masih belum perbaikan pada atap yang bocor jadi jika hujan, airnya masuk ke tempat membaca apalagi disertai dengan angina meski sudah ada pengaduan dan ajuan untuk diperbaiki akan tetapi pihak TBM masih menunggu realisasi.


Perkembangan TBM di Yogyakarta dan Komunitas Pendukungnya (Perbandingan)
Harus diakui bahwa banyak pula jumlah TBM dibangun dan dikembangkan di Yogyakarta. Secara kuantitas jumlah perpustakaan yang dibina oleh perpustakaan Kota Yogyakarta terdiri dari perpustakaan Sekolah (SD 192 sekolah; SMP 65 sekolah; SMA 54 sekolah dan SMK 27 sekolah dan Taman Baca Masyarakat yang dibina sejumlah 192 TBM.
Perkembangan TBM di Yogyakarta juga melalui jalur informal dan independen yaitu dikembangkan oleh pribadi mulai dari komunitas TBM yang tergabung dalam forum Taman Bacaan Masyarakat, perpustakaan Manca Yadara yang bermula dari kepedulian terhadap lingkungan pasca gempa yogya dan tumbuhnya tempat rekreasi disekitar lingkungan. Taman Bacaan Masyarakat yang mempunyai pemikiran akan pentingnya meningkatkan minat baca masyarakat juga kepedulian untuk memberdayakan masyarakat sekitar.

1.      Perpustakaan Manca Yadara
Perpustakaan Manca Yadara berada di komplek perumahan yadara blok II/ 164 RT 22 RW 06, Babarsari, Depok, Sleman Yogyakarta. Awalnya perpustakaan ini berdiri atas inisiatif dari ibu Narti (mantan pustakawan Fisipol UGM) yang mempunyai kepedulian besar terhadap pergaulan anak-anak di lingkungan setempat seiring dengan menjamurnya berbagai pusat hiburan yang kurang mendidik. Keinginannya terwujud bersamaan dengan kunjungan SIKIB yang juga mempunyai keinginan untuk membangun suatu pusat bermain dan belajar anak-anak agar terhindar dari berbagai perilaku yang menyimpang. Akhirnya berdiri sebuah perpustakaan berdekatan dengan taman kanak-kanak yang diawali dengan bantuan dari SIKIB berupa buku sebanyak 2000 ekslempar, uang senilai Rp. 120 juta dan bantuan dari berbagai pihak seperti Perpustakaan Nasional melalui BPAD dan Kompas.
Hingga kini perpustakaan sudah berkembang dengan manajemen yang cukup baik terlihat dari penggunaan senayan, koleksi yang tertata dengan baik, dan layanan yang dapat dimanfaatkan masyarakat luas seperti peminjaman buku kepada anggota yang kini sudah mencapai 200 orang. Selain itu perpustakaan menyelenggarakan kegiatan seperti lomba baca terbanyak dan mendongeng. Perpustakaan yang buka setiap hari kerja pukul 08.00-11.30 dan 16.00-17.30 dikelola oleh bu Narti bersama seorang asistennya yang kini menempuh pendidikan D2 Ilmu Perpustakaan di Universitas Terbuka. Perpustakaan Manca Yadara yang pernah mendapat juara lomba perpustakaan tingkat Provinsi DIY ini dari segi finansial hidup dari iuran anggota dan dana bantuan.

2.      Radio Buku
Kota Yogyakarta yang sering disebut kota pelajar, juga disebut kota buku karena hampir semua komponen yang berhubungan dengan buku berkembang bersamaan di kota ini. Berbagai perguruan tinggi menciptakan penulis, toko buku, percetakan kecil yang berada di kampong-kampung hingga percetakan besar di pusat kota, penerbit distributor, perpustakaan dan taman bacaan masyarakat, komunitas penggerak literasi informasi dan tentu saja peminat pembaca buku.
Radio Buku Live Streaming adalah radio berbasis internet pertama di Indonesia yang mengangkat tema perbukuan dan seputar buku. Bermula darikesamaan visi aktivis perbukuan, pencinta buku dan jurnalis yang peduli gerakan menghidupkan buku dalam tindakan, maka komunitas Indonesia buku terbentuk. Radio buku ini mulai online pada akhir 2010 yang mempunyai visi memasyarakatkan buku lewat radio. Oleh karena itu mottonya adalah “medengarkan buku membuka cakrawala”, sehingga buku bukan hanya dibaca, tapi juga dapat didengarkan dalam radio buku misalnya informasi berita sekitar buku, harga buku, isi buku, dan kajian buku untuk masyarakat yang dapat mengakses internet. Selain radio yang berbasis internet, radio buku juga memiliki fasilitas perpustakaan dengan koleksi terpilih (gelaran ibuku) serta informasi seputar perbukuan yang memungkinkan para pendengar radio buku berkunjung dan membaca buku. Komunitas yang menjadi sahabat dan jaringan kalangan perbukuan ini setiap pecan menyelenggarakan berbagai kegiatan seperti diskusi dengan berbagai topic seperti pengajian jawa, teknologi perpustakaan, penulisan, pesebaran buku, belajar bersama, hingga menonton film yang bertema buku. Radio buku ini berada di pojok alun-alun kidul keratin Yogyakarta sekitar 200 meter dari alun-alun.
Radio yang dikelola oleh 3 orang yang berbasis streaming ini dalam pengelolannya mempunyai beberapa tantangan yaitu kurangnya narasumber untuk mengisi acara rutin seperti buku pertama, angkringan buku, dan membutuhkan minimal satu narasumber setiap minggunya.
Meskipun adanya tantangan yang harus dihadapi, radio buku ini berhasil mencuri hati para pendengar sekitar 20-50 pendengar setiap acaranya bahkan hingga ke mancanegara terutama untuk siaran rekaman sandiwara kolosal. Selain itu manfaat yang sangat positif dirasakan tidak hanya manajemen radio yang murah dan simple, tetapi juga untuk pendengar yang mempunyai keterbatasan penglihatan dapat memahami isi sebuah buku serta ulasan dan informasi seputar buku sangat membantu dalam penulisan.

Pendapat Pustakawan dan Pengelola TBM di Yogyakarta
TBM yang berkembang di kota Yogyakaryta mendapat tanggapan positif dari berbagai pihak, tidak hanya masyarakat yang menjadi sasaran berbagai program TBM tetapi juga pustakawan di Yogyakarta maupun dukungan hingga ke pemerintah. Seorang pengajar pada program studi Ilmu Perpustakaan di salah satu PTN di Yogyakarta memandang TBM sebagai media yang menjadi solusi untuk literasi masyarakat. Idealnya perpustakaan dan TBM dapat bersinergi untuk bersama-sama mengembangkan budaya membaca dalam masyarakat meskipun berasal dari tataran birokrasi yang berbeda. Kenyataannya perpustakaan umum dibawah naungan Perpustakaan Nasional sedangkan TBM berada dibawah Kementrian pendidikan dan kebudayaan. Meskipun demikian, menurutnya perlu diperbaiki anggapan bahwa untuk mengelola TBM tidak perlu seorang ahli karena terlihat dari pengakuan TBM harus ada aturan yang tersurat dalam bentuk yang sederhana sekalipun.
Pustakawan Yogyakarta menyambut positif perkembangan TBM di Yogyakarta untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dari kebiasaan membaca. Perkembaangan TBM yang pesat tak terlepas dari peranan pemerintah melalui walikota yang sangat mendukung literasi informasi di Yogyakarta. TBM berperan dalam masyarakat terutama sangat dekat dengan anak yaitu menyampaikan bahwa perpustakaan bukan sekedar tempat membaca tetapi juga manfaatnya yang nyata dari keberadaan perpustakaan yang harus dirasakan oleh masyarakat. Kegemaran membaca buku harus digalakan sejak anak-anak masih berusia sangat dini bahkan ketika masih dalam kandungan sehingga sebagai organisasi ataupun komunitas yang bertujuan meningkatkan minat baca masyarakat, perpustakaan harus jemput bola artinya kreatifitas yang akan menarik pengunjung untuk datang.
Ada juga penggerak perpustakaan independen yang memandang bahwa sebenarnya perpustakaan dapat menjadi meeting point  yang berdampak positif bagi masyarakat sekaligus dapat menjadi sarana pemberdayaan masyarakat sekitar, dan edukasi bagi anak agar terhindar dari perilaku negative. Sehingga dalam mengembangkan perpustakaan diperlukan pengorbanan, ketelatenan, kesabaran dan mencintai apa yang dikerjakan dan bangga akan profesi yang digelutinya sebagai pustakawan.
Keakraban TBM dengan Masyarakat tersebut jika dapat bersinergi dengan perpustakaan, terutama perpustakaan umum akan menjadi mutual relationship. Bagi perpustakaan sendiri TBM menjadi sarana yang mendekatkan dengan masyarakat agar tetap mencapai fungsi perpustakaan dengan maksimal, karena posisi TBM sangat akrab dengan masyarakat. Sedangkan TBM sendiri memperoleh keuntungan karena didukung oleh pihak yang mempunyai pengetahuan yang memadai untuk mengembangkan suatu organisasi yang memupuk kegemaran membaca masyarakat terutama yang diperlukan untuk kelanjutan TBM.

KESIMPULAN
Taman baca Masyarakat merupakan sumber belajar masyarakat sepanjang hayat yang strategis terhadap peningkatan kualitas dan produktivitas agar menjadi individu yang mandiri, dinamis dan sejahtera. Informasi dapat diperoleh dari kehidupan sehari-hari seperti kata pepatah “buku adalah sumber ilmu”. Dengan dibangunnya TBM ini oleh Pemerintah kota Surabaya diharapkan masyarakat dapat meningkatkan minat baca dan memperoleh informasi-informasi.  
Dari studi tentang TBM di Surabaya ini menarik sekali untuk dibahas karena yang terjadi TBM dan Perpustakaan Umum berkolaborasi atau bersinergi dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Seluru TBM di Surabaya sudah berada di naungan dinas perpustakaan dan arsip selanjutnya bagaimana tujuan keduanya dapat berjalan dengan baik dan terlaksana perlu kerjasama dan kekompakan dalam mewujudkannya.
Kegiatan TBM ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan memperluas wawasan bagi mereka yang telah melek aksara. Menumbuhkan minat baca, kecintaan, kegemaran membaca di masyarakat, membantu dalam pengembangan kecakapan membaca dan menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi sekaligus meningkatkan pemberdayaan masyarakat.



Daftar Pustaka

Ratih Rahmawati dan Blasius Sudarsono, 2012. “Perpustakaan Untuk Rakyat: Dialog Anak dan Bapak”. Anggota IKAPI, Sugeng Seto, Jakarta.

Stian Haklev. 2008. “Mencerdaskan Bangsa- Suatu Pertanyaan Fenomena Taman Bacaan di Indonesia”. Disajikan untuk Program Advanced Seminar in Internasional Development Studies, IDS01Y, International Development Studies- University of Toronto at Scarborough.




[1] Stian Haklev. 2008. “Mencerdaskan Bangsa- Suatu Pertanyaan Fenomena Taman Bacaan di Indonesia”. Disajikan untuk Program Advanced Seminar in Internasional Development Studies, IDS01Y, International Development Studies- University of Toronto at Scarborough.
[2] Ratih Rahmawati dan Blasius Sudarsono, 2012. “Perpustakaan Untuk Rakyat: Dialog Anak dan Bapak”. Anggota IKAPI, Sugeng Seto, Jakarta.

Author

Personal blog of Fina, I just start what I wanted and I blog about poetry, article, all about library and writings my trip holiday. I hope you like it.

0 komentar

© Since 2015. The Journey by Fina Maulidina

Scroll to Top